Menjaring Rakhmat Allah Swt.

بســـــــــم الله الرحمن الرحيم

اَلْحَمْدُ لله الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَـقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُوْنَ ، أَشْهَدُ أَنْ لَا اله إِلاَّ الله وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ الله. اللهم صَلِّ عَلَى سيدنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أله وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ. أما بعد فياعباد الله أوصيكم ونفسى بتقوى الله فقد فاز المتقون, اتقو الله حق تقاته ولاتموتن ألا وأنتم مسلمون
وأعـوذ با للــه مـن الشيطـا ن الـر جـيم، بـسم اللــه الـر حـمن الـر حــيم
قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَىٰ أَنفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِن رَّحْمَةِ اللَّهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا ۚ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ : الزمر :  53

Jamaah Jumat rahimakumulullah !
Manusia diciptakan Allah dengan berbagai kelebihan dari makhluk-makhluk lainnya, sehingga Allah SWT menjadikannya khalifah atau pemimpin di muka bumi ini. Maka dengan kelebihannya pula manusia memiliki keinginan atau kemauan yang keras untuk mendapatkan sesuatu. Sayangnya di balik keinginannya yang keras manusia kadang suka lupa kalau ada batasan yang tidak boleh ia lewati [ dilanggar ].

Sifat merasa lebih dari lainnya adalah merupakan salah satu sifat tidak terpuji yang dimiliki manusia. Padahal sehebat apapun manusia maka dia tidak akan berdaya ketika dihadapkan pada takdir Allah. Dan kelebihan yang dimiliki seharusnya hanya untuk terus disyukuri dan digunakan untuk kemaslahatan diri dan orang lain.

وللــه المشــرقُ والمغــربُ فأينمــا تُوَلُّوا فَثَمــّا وجــه اللــه. ان اللــه واســع عليــم : البقره : 115
“ Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka ke manapun kamu menghadap di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas [ Rahmat-Nya ] lagi Maha Mengetahui. “

Tidak ada perbuatan kebaikan ataupun keburukan sekecil apapun yang luput dari perhatian dan balasan Allah, karena ‘wajah’ Allah ada di mana-mana. Artinya “wajah Allah” adalah kekuasaan Allah yang meliputi seluruh alam dan tidak ada yang bisa menghindar dari-Nya. Dan tidak pula seseorang bisa menghakki atau memiliki seluruh harta yang didapatkan kecuali yang menjadi bagiannya dan yang telah dibelanjakan di jalan-Nya. Mungkin ketika masih hidup ia bisa berpoya dengan membeli apa saja yang diinginkan tanpa memperdulikan sesama. Namun ketika kematian telah datang ia justru bisa menistakan diri dan keturunannya. Mungkin terlalu jauh jika kita memikirkan akibat atau sisi keprihatinan di balik sebuah kematian yang ‘su-ulkhatimah’. Contoh yang nyata saja ketika sakit datang, maka apa pun akan dilakukan demi kesembuhannya.

Ada yang harus senantiasa diingat oleh kaum muslimin yaitu nikmat Allah yang menempel langsung pada jasad kasarnya. Insya Allah kita terbiasa bersujud syukur atau setidaknya mengucapkan kalimat syukur selesai melaksanakan shalat fardlu dengan kalimat ;
الحمد للــه الذي أنعم علينــا بالايمــان والاسلــام :  Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kami nikmat iman dan Islam.

Juga ketika mendapatkan rezeki, terhindar dari musibah, memperoleh sesuatu yang diidam-idamkan, dll. Namun kita juga mesti terus bersyukur karena diberi nikmat sehat jasmani : Kaki masih mampu berjalan, tangan masih kuat untuk bekerja, mata masih tajam melihat, telinga masih jelas mendengar, otak masih mampu berfikir keras, dan seterusnya…

Jamaah shalat Jumat yang kami muliakan !
Ada sebuah kisah yang tertulis pada Hadits Rasulullah SAW tentang seorang ‘Abid atau hamba yang hidup di gunung tertinggi di dunia dengan seluruh kebutuhan hidupnya sudah Allah penuhi dan karuniakan di sana. Seluruhnya tinggal ia nikmati. Ia hidup selama limaratus tahun hanya untuk beribadah dan kemudian meninggal dalam keadaan sujud. Namun Allah kemudian justru memasukkannya ke dalam Neraka lebih dulu, hingga pada akhirnya dipindahkan ke Surga. Kenapa hal demikian bisa terjadi ? Karena setelah ditimbang ternyata rahmat Allah yang berupa mata saja sudah lebih berat timbangannya daripada hidupnya yang penuh ibadah selama limaratus tahun.

Kisah masyhur lainnya dari kitab Nashaihul ‘Ibad karya Syaikh Nawawi al-Bantani tentang al-Ghazali. Diceritakan bahwa Imam Ghazali tampak dalam mimpinya, maka ia ditanya “apa yang Allah lakukan kepadamu?” lalu ia menjawab “Allah membiarkanku di hadapan-Nya, kemudian Allah berkata, Kenapa Engkau dihadapkan kepada-Ku, apa yang engkau bawa? Maka aku (al-Ghazali) menyebutkan segala amal ibadahku. Tapi Allah menjawab “sesungguhnya Aku tidak menerima semua amal ibadahmu, kecuali satu amal pada suatau hari ketika kamu membiarkan seekor lalat hinggap di atas tintamu dan meminum tinta itu dari ujung penamu, serta engkau membiarkannya karena kasihan kepada lalat itu”. Kemudia Allah berkata “wahai malaikat, bawalah hambaku ini ke surga”.

Fragmen seorang ‘Abid dan Al-Ghazali itu menunjukkan kepada kita bahwa posisi rahmat Allah itu sangat rahasia. Ia bisa terdapat pada bentangan amal kita yang tidak kita ketahui persisnya. Limaratus tahun hanya beribadah namun ternyata si Abid masuk surga bukan karena ibadahnya namun karena rakhmat Allah. Beratus-ratus kitab karya al-Ghazali, bertahun-tahun pula ibadahnya, tetapi rahmatnya malah justru terdapat di tinta pada ujung penanya. Demikian menentukannya rahmat Allah. Ia tidak dapat dikalkulasi, diprediksi dan diperinci karena rahmat itu adalah rahasia dan hak mutlak Allah.

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah !
Yang dapat dilakukan seorang hamba hanyalah terus beribadah dan berharap akan mendapatkan rahmat-Nya. Tidak dibenarkan seorang muslim menilai rendah dan menganggap sepele ibadah kecil serta berlaku sombong dengan ibadah wajibnya. Walaupun itu sekedar menghindarkan duri dari tengah jalan, membiarkan kucing yang barusaja mencuri lauk pauk, atau bahkan membiarkan nyamuk yang sudah menghisap darah kita. Yang mungkin seringkali dianggap sepele adalah menulis kalimat Al-Quran dengan huruf Arab pada undangan. Saran kami sebaiknya itu dihindari, karena dikhawatirkan setelah dibaca undangan tersebut akan dibuang dan tercecer di jalan. Contoh lainnya adalah memajang foto perempuan dan laki-laki yang dapat mengundang syahwat di tembok, memelihara binatang yang mengandung najis, berdiri ataupun duduk dengan tangan mengapu rancang, berkacak pinggang, dll. Yang pada akhirnya bisa menolak rahmat Allah baik yang diturunkan di dunia maupun akhirat kelak.

Ibarat sebuah motor maka ia adalah sebuah [ pahala ] kendaraan yang bisa mengantarkan kita dengan cepat ke mana saja. Namun [ pahala ] kendaraan itu tidak bisa kita nikmati jika tidak ada busi [ rahmat] nya. Ibarat rezeki yang melimpah maka seharusnya itu merupakan [ pahala ] surga dunia yang dapat memanjakan kita dengan membeli apa saja, namun ia justru membuat tidak tenang karena tidak mengandung barakah [ rahmat ]. Ibarat sebentuk rumah tangga yang seharusnya terdapat [ pahala ] kedamaian dan kasih sayang, namun indahnya berumah tangga tidak bisa dirasakan karena seringkali terjadi perselisihan [ tidak ada rahmat ] di dalamnya. Begitu pula posisi rahmat Allah, tumpukan pahala tidak serta merta menjamin balasan terindah kelak, kecuali jika dirahmati atau diridlai oleh Allah.

Kuncinya adalah terus berihtiar dengan menjaring rahmat-Nya; tidak menyepelekan amalan yang dianggap kecil, serta senantiasa bersyukur terhadap apapun yang telah Allah anugerahkan kepada kita. Garis besar doa kita adalah “Ya Allah kasihanilah kami, karena rahmat-Mu lebih kami harapkan dari pada semua amal kami. Dan ampunilah kami, karena pengampuanan-Mu lebih luas dari pada dosa-dosa kami. “

قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَىٰ أَنفُسِهِمْ لا تَقْنَطُوا مِن رَّحْمَةِ اللَّهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا ۚ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ : الزمر : 53
بارك اللـه لى ولـكم في القـرأن العظـيم ونفعني واٍيـاكم بمـا فيـه مـن الأيـات والذكر الحكـيم. وتقــبل مـني ومنكـم تـلاوتـه اٍنـه هـو السمــيع العلــيم


اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى اِلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا
اَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى اِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ .. اللهُمَّ اَعِزَّ اْلاِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ اَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ اِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. ارحمنا ياالله لان رحمتك أرجى لنا من جميع أعمالنا, واغفر لنا ياالله لان مغفرتك اوسع من ذنوبنا. والـحمـد للّـه رب الـعالمـين. وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ

Mesjid At Takwa Kaliwadas
7 Muharram 1436 H
31 Oktober 2014 M

Tinggalkan komentar